A. Pengertian TB Paru
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium
tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru /
berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
Tuberkulosis
masih merupakan penyakit
infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam
menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai
dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
B.
Etiologi
TB paru
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri
yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.
Avium yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal
0,3 – 0,6/um.
Kuman TB yang
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi
hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-5 minggu. Kelanjutan infeksi
primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh
dapat menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan
jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap secara "persisten"
atau dormant", sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan
kuman, akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB dalam beberapa
bulan.
C.
Manifestasi Klinis
Sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
Tanda – tanda :
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
Gejala :
a)
Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya
infeksi kuman TBC yang masuk.
b)
Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi
batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus
dinding bronkus.
c)
Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
d) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
(menimbulkan pleuritis)
e)
Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat
badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
Gejala sistemik/umum :
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus :
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien
anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada
anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
E.
Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan
komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut
yaitu :
·
Hemoptisis berat (perdarahan dari
saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik
atau karena tersumbatnya jalan napas.
·
Atelektasis (paru mengembang kurang
sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
·
Bronkiektasis (pelebaran broncus
setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru.
·
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak, tulang, persendian, dan ginjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah meninggalkan komentar