Sabtu, 01 Juni 2013

Makalah Luka Bakar



A.    Pengertian luka bakar
1.      Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dan sumber panas ke tubuh. (Bruner & Sudart, 2000).
2.      Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah. (Mansjoer, Arif. 2000).
B.     Etiologi
Luka bakar dikategorikan berdasarkan mekanisme injuri meliputi:
1.      Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2.      Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3.      Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4.      Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
C.     Respon lokal dan luas luka bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar suprefisial partial-thickness dan full-thickness. Istilah deskristif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, derajat-dua dan derajat-tiga.
1.    Berdasarkan kedalaman kerusakan kulit
a.       Luka bakar derajat-satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari atau mengalami lepuh atau bulae.
b.      Luka bakar derajat-dua, meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. tersebut terasa nyeri  tampak merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti oleh pengisian kembali kapiler ; folikel rambut masih utuh.
c.       Luka bakar derajat-tiga, meliputi destruksi total epidermis serta dermis dan pada sebagian kasus jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna putih hingga merah coklat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar tersebut tampak seperti bahan kulit.  Folikel rambut dan kelenjar keringat turut hancur.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar kita harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
1)      Riwayat terjadinya luka bakar
2)      Penyebab luka bakar, seperti nyala api atau cairan yang mendidih
3)      Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4)      Lamanya kontak dengan agens
5)      Tebalnya kulit
2.      Berdasarkan luas permukaan tubuh
a.       Rumus Sembilan ( Rule of Nine ).
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
Tabel persentase luka bakar berdasarkan rule of nine:
Area
%
Head & Neck
9
Dada dan Abdomen
18
Punggung
18
Genital
1
Tangan kanan
9
Tangan kiri
9
Paha kanan
9
Paha Kiri
9
Kaki kanan
9
Kaki kiri
9

b.      Metode lund dan Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode lund dan browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar berbagai bagian anatomi, khusus nya kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut, kita bias memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar.
c.       Metode telapak tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan presentasi luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka baka
D.    Patofisiologi
Pathway luka bakar (Brunner & Sudart :2001
 



E.     Respon sistemik terhadap luka bakar
1.      Respons sistemik
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak melampaui 20% dari luas total permukaan tubuh akan memperlihatkan respon yang terutama bersifat lokal. Insidensi, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka bakar sebanding dengan luasnya luka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar yang mengenai 60% atau lebih luas dari permukaan tubuh. Kejadian sestemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstial.
2.      Respons kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Keadaan ini merupakan syok luka bakar. Sebagai respons, system saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokonstiksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya, vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Resisutasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian jantung—tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri pulmonalis tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak adekuat, akan terjadi syok distributif.
3.      Efek pada cairan, elektrolit dan volume darah
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Disamping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat luka bakar dapat mencapai 3 hingga 5 L atau lebih selama periode 24 jam sebelum permukaan kulit yang terbakar ditutup.
Selama syok luka bakar, respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hiponatremia (deplesi natrium) terjadi. Hiponatremia juga sering dijumpai dalam minggu pertama fase akut karena air akan pindah dari ruang interstitial ke dalam ruang vaskuler. Segera setelah terjadi luka bakar, hiperkalemia (kadar kalium yang tinggi) akan dijumpai sebagai akibat dari destruksi sel yang massif. Hipikalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian lainnya mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini, nilai hematokrit pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan, perawatan luka dan dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis serta tindakan hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia. Tranfusi darah diperlukan secara periodik untuk mempertahankan kadar hemoglobin. Abnormalitas koagulasi, yang mencakup penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan masa pembekuan serta waktu protombin yang memanjang juga ditemukan pada luka bakar.
4.      Respons pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi oksigen dapat dijumpai). Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal (White, 1993). Untuk memastikan tersedianya oksigen bagi jaringan, mungkin diperlukan suplemen oksigen.
F.      Penatalaksanaan
1.      Fase resusitasi
a.       Perawatan awal di tempat kejadian
1)      Mematikan api
2)      Mendinginkan luka bakar
3)      Melepaskan benda penghalang
4)      Menutup luka bakar
5)      Mengirigasi luka kimia
6)      Tindakan kegawatdaruratan : ABC
7)      Pencegahan shock
b.      Pemindahan ke unit RS
1)      Penatalaksanaan shock
2)      Penggantian cairan (NHI consensus) : 2 – 4 ml/BB/% luka bakar, ½  nya diberikan dalam 8 jam pertama, ½  lagi dalam 16 jam berikutnya
2.         Fase akut/intermediate
a.       Perawatan luka umum
1)      Pembersihan luka
2)      Terapi antibiotik lokal
3)      Ganti balutan
4)      Perawatan luka tertutup/tidak tertutup
5)      Hidroterapi
b.      Debridemen
1)      Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.
2)      Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan forcep untuk  memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
3)      Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh tebal kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel.
c.       Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin terjadi :
1)      Autograft : dari kulit penderita sendiri.
2)      Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru saja meninggal (balutan biologis).
3)      Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan biologis).
d.      Balutan luka biosintetik dan sintetik
e.       Penatalaksanaan nyeri
f.       Dukungan nutrisi
g.      Fisioterapi/mobilisasi
G.    Komplikasi
1.      Gagal respirasi yang akut
2.      Syok sirkulasi
3.      Gagal ginjal akut
4.      Sindrom kompartemen
5.      Ileus paralitik
6.      Ulkus curling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar